Advertisement

Responsive Advertisement

AS Resmi Akui Tidak Temukan Senjata Pemusnah Massal di Irak

AS Resmi Akui Tidak Temukan Senjata Pemusnah Massal di Irak

Katagori :
Oleh : Redaksi 13 Jan, 05 - 1:50 pm

imagePembumihangusan Irak untuk alasan yang tidak terbuktieramuslim - Pemerintah AS akhirnya mengakui tidak menemukan senjata pemusnah massal di Irak dan menyatakan penghentian pencarian senjata pemusnah massal itu, yang selama ini menjadi alasan invasi AS ke Irak dan menjatuhkan pemerintah Saddam Hussein.

Meski demikian, juru bicara Presiden George W. Bush di Gedung Putih, Rabu (12/01) mengatakan, Bush sama sekali tidak menyesal telah menginvasi Irak. "Berdasarkan apa yang kita ketahui sekarang, Presiden tentu akan mengambil tindakan serupa karena ini menyangkut perlindungan terhadap rakyat Amerika," ujar Humas Gedung Putih, Scott McClellan.

Tim AS yang tergabung dalam Iraq Survey Group, terdiri dari sekitar 1.500 personil militer, pakar intelejen dan para staf, mengakhiri kegiatannya meneliti sejumlah instalasi militer, pabrik-pabrik dan laboratorium yang dicurigai sebagai tempat untuk memproduksi dan menyimpan senjata pemusnah massal.

Secara resmi McClellan mengatakan, pencarian sudah dihentikan."Mungkin masih ada beberapa orang yang masih berada di Irak," ujarnya seraya mengatakan bahwa pihaknya akan membuat laporan tentang hal tersebut.

Lebih lanjut McClellan mengatakan, dalam pertemuan bulan Desember kemarin, Presiden Bush menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kepala Inspeksi Senjata AS, Charles Duelfer yang rencananya akan menyampaikan laporan akhirnya bulan Februari mendatang. McClellan mengatakan, laporan yang akan disampaikan nanti kemungkinan besar tidak jauh berbeda dengan hasil-hasil penemuan pada musim gugur kemarin.

Saat itu, Duelfer mengatakan bahwa Irak tidak punya senjata pemusnah massal dan sudah tidak memproduksi jenis senjata itu sejak tahun 1991. Meski demikian pemerintah Irak punya rencana untuk mengaktifkan kembali program persenjataannya dan sejauh ini upaya itu dilakukan dengan cara memanipulasi program PBB 'Minyak untuk Makanan' di Irak.

Dalam wawancara dengan ABC News hari Rabu (12/01) kemarin, Bush tetap mempertahankan alasannya mengapa AS harus menginvasi Irak. "Saya merasa akan menemukan senjata pemusnah massal di Irak, seperti yang dirasakan banyak orang di sini, di AS dan di seluruh dunia," ujar Bush dalam wawancara itu.

"Kami harus mencari tahu apa yang salah dari hasil-hasil penemuan intelejen ...Saddam adalah orang yang berbahaya dan dunia lebih aman kalau ia tidak berkuasa," tambah Bush.

Menanggapi keputusan pemerintah Bush itu, senator dari partai Demokrat yang mewakili wilayah California, Nancy Pelosi mengatakan, Bush harus menjelaskan pada rakyat AS kenapa ia bisa salah soal Irak, setelah sekian lama, tentang alasannya memerangi Irak.

Sementara itu ditanya, apakah kegagalan AS menemukan senjata pemusnah massal di Irakakan merusak kredibilitas AS dalam menghadapi ancaman di masa depan, McClellan mengatakan Presiden akan terus menggalang kerjasama dengan komunitas internasional, terutama melalui upaya diplomatik. McClellan menambahkan, tindakan militer akan menjadi 'pilihan terakhir' yang akan dilakukan.

David Kay, yang mengepalai Iraq Survey Group bulan Januari tahun lalu menyatakan ia tidak heran dengan tim survei itu tidak menemukan senjata pemusnah massal apapun di Irak. "Terus terang, siapapun yang mengikuti perkembangan masalah ini, sejak tahun lalu sudah curiga bahwa senjata pemusnah massal itu tidak ada. Masalahnya, tinggal kapan kejelasannya akan diungkap," ujarnya.

Kay menyatakan, para analis intelejen yang bekerja di Irak sudah menempatkan diri mereka dalam situasi yang berbahaya dan banyak di antara mereka yang sudah menyimpulkan sejak 18 bulan yang lalu bahwa senjata pemusnah massal itu tidak ada.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Richard Boucher menyatakan, pemerintah AS sudah memberikan beasiswa untuk sekitar 120 ilmuwan Irak yang pernah bekerja untuk program senjata di negeri 1001 malam itu. Mereka saat ini bekerja sebagai peneliti selain bekerja untuk pengembangan persenjataan.

Greg Thielmann, mantan Kepala Kantor Kementerian Luar Negeri AS, yang menyelidiki isu-isu senjata kimia, biologi dan senjata nuklir mengatakan, AS sudah memberikan energinya untuk para ilmuwan tersebut. "Siapa yang tahu apa yang akan mereka lakukan di masa depan?" ujar Thielmann. "Orang boleh bertanya apakah kita meningkatkan situasi keamanan dengan cara invasi?" katanya. (ln/AP)
http://swaramuslim.com/berita/more.php?id=A1350_0_12_0_M