Advertisement

Responsive Advertisement

Buah Busuk Sistem Jahiliyah

Buah Busuk Sistem Jahiliyah

Monday, 14 December 2009

ImageMediaUmat- Ribut-ribut KPK, Kejaksaan, dan kepolisian seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kita. Pertarungan antar instansi hukum ini membongkar kebobrokan tubuh mereka sendiri. Kita melihat bagaimana instansi ini yang seharusnya menjadi penegak hukum , justru menjadi pelanggar hukum. Korupsi, suap-menyuap, makaler hukum, mafia peradilan justru bersarang ditubuh mereka sendiri. Bagaimana mungkin mereka bisa dan dipercaya menegakkan keadilan dan memberantas kejahatan, sementara tubuh mereka penuh dengan penyakit yang menjijikkan itu?.

Kondisi sekarang , pernah digambarkan Rasulullah SAW. Zaman yang penuh dengan penipu dimana orang tolol diserahi mengurus urusan umat. Sabda Rasulullah : “Akan datang kepada manusia zaman penuh penipu. Ketika itu orang dusta dibenarkan,sebaliknya yang benar didustakan; orang yg berkhianat diberi amanat, dan sebaliknya yang dipercaya dikhianati. Ketika itu yang berbicara adalah ar-Rawaibidhah.” Ketika ditanya tentang ar-rawaibidhah , Rasulullah SAW menjawab mereka adalah orang tolol yang diserahi untuk mengurusi urusan umat.”

Apa yang terjadi sekarang merupakan bukti kebobrokan dari hukum jahiliyah yang bersumber dari ideologi jahiliyah yakni kapitalisme. Kapitalisme telah mencampakkan agama hanya untuk urusan individual, ritual dan moralitas. Sekulerisasi yang menjadi aqidah ideologi ini telah membuat agama disempitkan menjadi sekedar urusan-urusan individual. Sementara untuk masalah politik, ekonomi, sanksi hukum, dan urusan publik lainnya diserahkan kepada hawa nafsu manusia. Apa yang kemudian terjadi? Baik dan buruk dalam masalah publik kemudian diserahkan kepada hawa nafsu manusia dengan asas manfaat untuk kesenangan jasadiyah/materi .

Asas manfaat yang untuk kesenangan jasadiyah ini kemudian mendorong sikap yang materialistik. Dimana semuanya diukur oleh materi baik berupa harta maupun jabatan. Kebahagiaan diukur oleh banyaknya materi yang dimiliki. Materi pun kemudian menjadi dewa yang menjadi tujuan hidup. Tidak lagi melihat halal dan haram, apakah merugikan rakyat atau tidak, apakah menghancurkan negara atau tidak, demi mengejar materi, semuanya dilanggar. Bahkan membunuh sekalipun tidak masalah untuk mengejar materi .

Manusia menjadi makhluk buas dan rakus yang mengerikan sekaligus menjijikkan. Inilah pangkal dari mafia peradilan dan maraknya korupsi. Dalam kondisi seperti itu, wajarlah kemudian pemilik modal menjadi raja. Cukong-cukong kapitalis yang memiliki modal banyak bisa mengatur segalanya dengan uang. Mulai dari jaksa, hakim, polisi, sampai aparat KPK bisa diatur oleh orang seperti Anggodo. Tentu saja dengan kekuatan modalnya.

Tidak berhenti sampai disana, sistem demokrasi melegalkan kebobrokan ini dengan menciptakan negara korporasi. Negara dimana elit politik dan pemilik modal menjalin hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antar mereka tapi merugikan rakyat. Sistem demokrasi yang dikenal mahal membuat pemilik modal sangat berkuasa dan sangat dibutuhkan untuk mendukung kemenangan elit politik.

Setelah berkuasa, sebagai balas budi, elit politik baik di legislatif maupun eksekutif membuat kebijakan yang menguntungkan pemilik modal. Tidak mengherankan kalau di Indonesia lahir UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, dan yang lainnya yang semuanya lebih berpihak kepada pemilik modal. UU yang kemudian terbukti menjadi jalan bagi perampokan kekayaan negara oleh kekuatan asing sekaligus merugikan rakyat.

Hal penting lain akibat sistem sekuler-kapitalis ini adalah hilangnya rasa taqwa berupa ketaatan kepada Allah SWT dan rasa takut untuk berbuat maksiat. Sikap tidak mau diatur oleh hukum Allah SWT dalam masalah publik, telah membuat ketaqwaan tidak mendapat tempat dalam masalah politik, hukum, atau ekonomi. Manusia seakan-akan bebas dari hukum Allah SWT, bebas dari pengawasan Allah SWT, dan bebas dari pertanggungjawaban kepada Allah SWT di hari akhir. Tidak ada lagi rasa takut berbuat maksiat, tidak lagi merasa diawasi oleh Allah SWT. Hal inilah yang membuat manusia gampang terjerumus berbuat kemaksiatan.

Karena itu seruan Hizbut Tahrir untuk menyelamatkan Indonesia dengan syariah seharusnya kita sambut dengan sungguh-sungguh. Seperti yang dinyatakan juru bicara Hizbut Tahrir dalam pernyataan persnya, bahwa bila benar-benar ingin menghilangkan korupsi dari bumi Indonesia, maka selain harus dibersihkan dari birokrat yang korup, negeri ini juga harus dibersihkan dari sistem yang korup, yaitu sistem Sekuler Kapitalistik ini.

Sebagai gantinya adalah sistem syariah yang secara pasti senantiasa akan mengkaitkan semua derap hidup manusia di semua aspek kehidupan dengan keimanan kepada Allah SWT, yang Maha Melihat dan Maha Mendengar. Disinilah relevansi yang utama dari seruan HTI: Selamatkan Indonesia Dengan Syariah. Bersihkan Indonesia dari Sistem dan Birokrat yang korup!.[] farid wadjdi

http://www.mediaumat.com/content/view/1035/2/