Advertisement

Responsive Advertisement

Kirgistan: Hijab Mulai Dilarang di Sekolah

Kirgistan: Hijab Mulai Dilarang di Sekolah

Rabu, 03 Oktober 2007 15:00 Redaksi

Syabab.Com - Pelarangan mengenakan busana muslimah kembali terjadi. Pakaian Muslimah sebagai wujud ketaatan pada Allah Sang Pencipta Semesta Alam tersebut kini dilarang di beberapa Sekolah di wilayah Selatan Kyrgizstan. Lagi-lagi kekalahan intelektual yang menyebabkan upaya pelarangan hijab ini.

Beberapa pelajar muslimah di Kirgistan Selatan telah dilarang untuk mengenakan pakaian busana Muslimah ketika ke sekolah. Secara luas memang pelarangan hijab di Kirgistan secara resmi belum jelas, tetapi beberapa sekolah telah menyebutkan aturan baru yang meminta para siswanya untuk melaksanakan undang-undang pakaiaan sekolah yang keras.

Sebelumnya, sekolah-sekolah telah memberikan toleransi bagi wanita muslimah untuk mengenakan khimar dan jilbanya. Namun, kini banyak yang mendesak bahwa pakaian tersebut tidak berlaku lagi sebagai bagian dari ketentuan seragam sekolah dan seseorang yang mencemoohkan aturan sekolah akan diberikan sanksi dan dikeluarkan.

Para orang tua Muslimah yang taat, telah memprotes aturan baru ini. Mereka menuntut dibolehkannya untuk mengadopsi hijab atau pakaian muslimah di bawah hak konstitusi kebebasan beragama.

Perdebatan ini sebagai bagian dari hubungan antara agama dan negara sekuler, tetapi sulit secara politik --- banyak dari mereka yang menuntut keras hak mereka untuk mengenakan hijab itu bergabung dengan Hizbut Tahrir, sebuah kelompok dakwah internasional yang menginkan syariah ditegakkan di dunia muslim. Di Asia tengah gerakan tersebut sangat pesat.

Dalam sebuah laporan, IWPR menemui 7 muslimah di wilayah Osh yang telah dikeluarkan dari kelas setelah menolak penghapusan pakaian muslimah.

Mavluda Bahridinova, 13 tahun, seorang murid di Sekolah Razzakov di Osh, dilarang dari sekolah pada awal musim pada September setelah ia menolak atas permintaan melepaskan hijabnya.

Ayah Mavluda, Jamaludin Bahridinov mengatakan bahwa ketika ia datang untuk mendiskusikan keadaan anak perempuannya, pihak sekolah mengatakan kepadanya bahwa anak putrinya mengikuti sebuah sekolah berbahasa Rusia. Pihak sekolah meminta jika anak perempuannya menginginkan menjaga hijabnya, ia harus pindah ke madrasah atau sekolah Islam.

"Semua keberatan saya bahwa hak anak dan aturan kebebasan nurani dan agama telah dihina dan diabaikan," kata Bahridinov.

"Dia telah mengundang orang tuanya ke sekolah [untuk mendiskusikan masalah] daripada putrinya dipaksa keluar dari murid kelas ketujuh." katanya.

Para orang tua di distrik Karasuu wilayah Osh telah menulis ke penguasa lokal untuk mengadukan tentang aturan baru ini. Keresahan dan ketidakpuasan di Nookat dan distrik yang lain juga terjadi.

Meskipun jelas ada secara umum dorongan untuk memaksakan aturan seragam sekolah walaupun tidak secara eksplisit melarang seragam muslimah terjadi sejak tahun akademik baru dimulai.

"Kami memiliki aturan pakaian seragam sekolah. Mereka harus mengikuti aturan. Hijab bukan bagian dari seragam sekolah." kata Ermamat Kholmirzaev, kepala sekolah SMP di Mendeleyev di Nookat.

Tetapi ia menyangkal bahwa stafnya telah melakukan kekerasan secara paksa kepada para siswa untuk melepaskan hijabnya. atau memaksakan dengan keras permintaan seragam sejumlah usaha pengekangan kebebasan beragama.

"Agama diperbolehkan di negeri kami, tetapi tidak harus mencampuri negara. Kita tidak menghambat seseorang ... Kami banyak meminta apa yang mereka harus ikuti dari apa yang tertulis pada aturan sekolah," katanya.

Ilmira Shakirova, wakil direktur Sekolah Beruni di distrik Nookat mengatakan ke IWPR bahwa ia telah menetapkan pada sebuah palkasanaan undang-undang pada aturan pakaian yang sopan.

Kami menerima instruksi dari departemen pendidikan distrik." katanya. "Jika seseorang datang ke sekolah, mereka harus mengenakan seragam sekolah."

Shakirova mendesak bahwa penutup kepala itu 'tidak estetis" dan dapat menimbulkan sikap dan bermasalah bagi kesehatan atau menghalangi pendengaran murid.

kebanyakan para orang tua yang ditemui adalah para pengikut Hizbut Tahrir. Salah seorang orang tua, yang tidak disebutkan namnya, mengatakan ia percaya pemerintah Kirgistan akan mengikuti pemimpin Islam Karimov, pemimpin Uzbekistan, yang telah keji dan menyerang serta menghancurkan gerakan ini secara brutal.

"Secara bertahap, Presiden Kirigistan KurmanBek Bakiev telah memulai untuk melakukan kebijakan yang sama seperti Karimov. Ia memulai malakukan provokasi untuk menyerang kami, para anggota Hizbut Tahrir." lanjutnya.

Ia menyebutkan bahwa mengenakan hijab ini adalah bagian dari agama, bukan akitivitas politik.

"Di dalam Islam, seorang wanita muslimah harus menutup tubuh dan kepalanya ketika keluar rumah."

Di daerah Nookat, Bahodir Abdrahmanov menceritakan, anak perempuannya Barnokhon, sekarang 14 tahun, diputuskan untuk menjaga hijabnya pada beberapa tahun ini.

"Ia memulai mengenakan kerudung dan mengikuti aturan Islam ketika ia berumur 9 tahun," katanya. "Ia masih mengenakan hijab tetapi gurunya terus mengatakannya untuk meninggalkan hijab dan terancam akan terkena pengusiran dari sekolah.

"Saya peringatkan mereka jika mereka memutuskan aturan untuk melarang hijab, saya akan mengambil kembali anak saya untuk keluar dari sekolah dan mengirimkannya ke sekolah agama."

Mahabat Aytieve salah seorang yang menentang, setelah anak ramajanya dikeluarkan karena mengenakan hijab mengatakan "Kami akan melakukan apa pun ketentuan Islam kami lalukan. Kami tidak setuju anak kamu harus meninggalkan hijab, Di dalam Islam, ini adalah sebuah ujian. Dengan bersabarm kita akan menang."

Memang benar, di dalam Islam, seorang muslimah diwajibkan untuk mengenakan hijab. Pakaian muslimah terdiri dari khimar (penutup kepala) dan jilbab (baju kurung). Di beberapa negeri, ada upaya pelarangan hijab ini. Anehnya mereka mengaku sebagai negeri demokrasi yang menjamin kebebasan. Rupanya kebebasan tersebut tidak untuk kaum Muslim.

Ketika kaum Muslimah menginginkan untuk mengenakan hijab, di beberapa negeri harus berhadapan dengan pelarangan atau pengusiran. Bagaimana dengan di negeri ini yang leluasa seseorang untuk mengenakan busana muslimah tersebut? Malah kaum sebagian kaum muslimah mengikuti pakaian ala barat yang mengperlihatkan aurat dan hina tersebut.

Apa yang terjadi dengan pelarangan jilbab di Kirgistan ini, juga dihubungkan dengan persoalan politik. Yaitu ada upaya tertentu untuk menekan dan menyerang gerakan-gerakan dakwah. Tentu saja hal ini, wajar terjadi ketika penguasa setempat sudah tidak mampu lagi berdiskusi secara intelektual. Sehingga beralih ke senjata pelarangan dan pemboikotan. [z/nisaa/syabab.com]

http://syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=89:kirgistan-hijab-mulai-dilarang-di-sekolah&catid=81:ummah&Itemid=198