Advertisement

Responsive Advertisement

Teroris Diinterogasi dengan Bor Listrik

Teroris Diinterogasi dengan Bor Listrik

Minggu, 23 Agustus 2009 | 14:36 WIB | Posts by: Sugeng Wibowo | Kategori: Berita Terkini, Headline | ShareThis
WASHINGTON | SURYA - Agen rahasia Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) rupanya sudah kehabisan akal untuk memaksa para tahanan terorisme buka mulut tentang aksi dan jaringan mereka. Bahkan untuk menginterogasi mereka, CIA menggunakan cara super keras antara lain menggunakan pistol dan bor listrik, terutama untuk mengorek keterangan dari tahanan Al Qaeda.
Hal ini dilaporkan oleh The Washington Post edisi Sabtu (22/8) dan dikutip oleh AFP. Berdasarkan laporan dari pejabat CIA yang tidak disebutkan namanya, sistem interogasi dengan kekerasan ini dilakukan pada Abd al-Rahim al-Nashiri.
Nashiri ditangkap pada tahun 2002 dan mendekam selama empat tahun dalam salah satu penjara CIA yang paling rahasia. Nashiri dianggap satu dari tiga pemimpin Al Qaeda yang paling berpengaruh.
Pengadilan federal di New York telah meminta versi laporan yang telah diedit untuk menuntaskan gugatan dari persatuan pejuang hak-hak sipil AS.
Laporan yang mengegerkan itu dibuat tahun 2004. Laporan tersebut menggambarkan detil proses interogasi  terhadap Nashiri. Termasuk ancaman untuk membunuh jika tokoh Al Qaeda ini menolak bekerjasama dengan tim interogasi.
Cerita interogasi tersangka teroris dengan cara kekerasan oleh CIA memang bukan berita baru. Yang membedakan mungkin cara-cara interogasi yang dilakukan.
Khalid Shaikh Mohammed, sosok yang disebut-sebut sebagai otak serangan 11 September (9/11), sempat mengaku harus mengarang cerita selama pemeriksaan oleh anggota CIA. Itu dilakukan karena ia terus disiksa.
Dokumen ini pernah dilansir Los Angeles Times, 15 Juni 2009 lalu. Fakta ini diperkirakan semakin memicu perdebatan tentang model interogasi salah yang dipraktikkan pemerintahan George W Bush ketika itu untuk mengorek informasi dari tersangka teroris.
Pengakuan Khalid itu disampaikan setelah dirinya dipindahkan ke tahanan Guantanamo pada 2006. Sebelumnya, ia ditahan di penjara rahasia CIA setelah ditangkap pada 2003. “Saya terpaksa mengarang cerita,” kata Khalid yang digambarkan berbicara dalam bahasa Inggris patah-patah ketika ditanya soal keberadaan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden. “Di mana dia? Saya tidak tahu. Kemudian dia menyiksaku. Kemudian saya mengatakan, ‘Ya, dia di wilayah ini…’,” kata Khalid.
Seorang pengacara dari Persatuan Kebebasan Sipil Amerika yang memperoleh dokumen itu mengatakan, pernyataan Khalid tersebut menunjukkan metode interogasi CIA tidak efektif. “Ini menggarisbawahi pernyataan tidak dipercaya yang diperoleh dengan penyiksaan,” kata Jameel Jaffer, Direktur ACLU’s National Security Project.
Penyiksaan Brutal
ACLU mengatakan, transkrip pemerintah yang baru disiarkan “menyediakan bukti baru mengenai penyiksaan brutal” oleh CIA. Sebagian besar materi baru itu berpusat pada klaim pelanggaraan oleh tahanan Guantanamo ketika ditahan CIA. Abu Zubaidah mengatakan “setelah berbulan-bulan penderitaan dan penyiksaan, secara fisik dan mental, mereka tidak peduli dengan luka saya”.
“Para dokter mengatakan saya hampir meninggal sebanyak empat kali,” katanya.
Tahanan lain, Abd al-Rahim Hussein Mohammad al-Nashiri, mengeluh bahwa interogator biasa “menenggelamkan saya di air” yang tampaknya merujuk ke teknik interogasi yang disebut “waterboarding”.
ACLU yang berusaha mendapatkan transkrip yang tidak disensor dari program penahanan pelaku teror mengatakan, dokumen terbaru “masih banyak ditutup-tutupi” oleh CIA. Disebutkan bahwa dokumen sebelumnya yang disiarkan CIA telah nyaris menghapuskan rujukan kepada penyiksaan tahanan.
“Tidak ada basis yang sah untuk pemerintahan Obama melanjutkan penolakan untuk mengungkapkan tuduhan pelanggaran tahanan dan kami akan kembali meminta pengadilan agar menyiarkan semua dokumen ini,” kata jaksa ACLU Ben Wizner.
Zubaida adalah salah satu tokoh kunci dari organisasi Al Qaeda. Abu Zubaida yang menderita luka tembak kemudian dirawat di salah satu rumah sakit tentara milik pemerintah Pakistan, setiap hari didatangi interogator bernama Kiriakou untuk mengorek informasi.
Pada masa-masa awal, Kiriakou dan Abu Zubaida terlibat pembicaran bersifat pribadi meski inisiatif pembicaraan lebih banyak datang dari Abu Zubaida. Zubaida bercerita tentang keyakinan pada agama, keluarga dan status dirinya yang masih lajang dan tidak pernah menikah. Tapi Kiriakou tak hendak berlama-lama menanggapi pembicaraan Abu Zubaida. Dia kembali pada misi awal: mengorek informasi dari Zubaida tentang infrastruktur, rencana dan kepemimpinan Al Qaeda.
Zubaida tentu menolak untuk menjawab. Rupanya dialog di rumah sakit itu menjadi dialog terakhir Zubaida kepada investigatornya. Setelah itu Zubaida diterbangkan ke sebuah penjara rahasia dan di sanalah dia mengawali datangnya musim kemarau pada tahun itu dengan mendapat siksaan dari para agen CIA.
Tubuhnya diikat kuat pada selembar papan dan hidungnya disumpal dengan lakban. Air lalu diguyurkan ke tenggorokan Zubaida melalui mulut yang dipaksa terus menganga. Tak sampai 35 detik Abu Zubaida ambruk tidak sadarkan diri.
Ketika siuman, Zubaida mulai berubah pikiran. Dia kemudian memberikan banyak keterangan kepada para penyiksanya. Hari berikutnya dia memberikan informasi apapun yang diinginkan agen CIA. Penyiksaan itu diabadikan dalam sebuah rekaman video oleh agen CIA. Menurut Michael Hayden, Direktur CIA, lembaganya memang merekam banyak interogasi sebagai mekanisme pengawasan internal.
Lima tahun berlalu setelah itu tanpa ada yang mempersoalkan teknik yang dilakukan CIA kepada Abu Zubaida dan tersangka teroris lain. Namun kebusukan dinas rahasia Amerika Serikat itu terungkap ke permukaan menyusul temuan bahwa CIA telah memusnahkan sedikitnya dua pita rekaman video interogasi yang disertai penyiksaan terhadap tersangka teroris Al Qaeda termasuk penyiksaan Abu Zubaida.
Dalam sebuah wawancara Kiriakou mengaku tidak ikut dalam interogasi yang dilakukan rekan sejawatnya terhadap Abu Zubaida. Sesaat setelah pertemuannya dengan Abu Zubaida di rumah sakit militer Pakistan, Kiriakou mengaku langsung terbang ke Washington. Kiriakou mengatakan dirinya tidak tahu bahwa interogasi terhadap Abu Zubaida telah direkam dengan kamera video dan dia juga mengaku tidak mengetahui ada kebijakan untuk memusnahkan rekaman itu.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan Inspektur Jenderal CIA telah memulai usaha penyelidikan tentang pemusnahan rekaman video penyiksaan tersebut menyusul pernyataan dari beberapa anggota komisi pengawas investigasi peristiwa 11 September 2001, yang berkali-kali mengatakan bahwa CIA tidak memiliki rekaman video penyiksaan.
Komisi intelejen (D-Tex) yang diketuai Silvestre Reyes juga melakukan penyelidikan yang sama. Penyelidikan mereka terutama berkaitan dengan pernyataan Hayden yang menyebutkan bahwa komisi intelijen telah diberitahu tentang adanya pemusnahan rekaman video penyiksaan itu.
Bagaimana di Indonesia?
Menurut pengamat intelijen Dynno Chressbon, cara-cara seperti yang dilakukan CIA tidak patut diterapkan di Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ujar Dynno, pernah berpesan kepada Kopassus -yang diminta untuk membantu mengorek informasi- supaya tidak menggunakan cara-cara kekerasan.
“Saya kira itu sinyalemen bagus agar elemen yang ikut mengorek informasi tidak melakukan kekerasan, sebab itu melanggar HAM,” jelas Dynno kepada Surya melalui ponselnya, Sabtu (22/8) malam.
Namun, Dynno mengaku tidak mengetahui teknik yang digunakan pihak berwenang untuk mengorek keterangan dari para tahanan teroris selama ini. Teknik interogasi itu, kata Dynno, hanya diketahui oleh Densus 88 dan TNI yang minta untuk membantu mengoreksi keterangan.
Sementara itu hingga tadi malam Kadiv Humas Mabes Polri Nanan Soekarna tidak berhasil dihubungi, terkait cara interogasi tim Densus 88 terhadap para tahanan teroris.
Lebih lanjut Dynno Chressbon memaparkan, kalau ada tindakan kekerasan dalam cara-cara interogasi di Indonesia, mestinya sudah terbongkar sejak lama. Sedangkan, selama ini belum ada pernyataan keluhan dari para tahanan, bahwa mereka pernah mengalami kekerasan.ketika sedang dimintai keterangan. Bagitu juga keterangan yang diperoleh dari majelis hakim yang menyidangkan teroris.
“Hakim sebelum menyidangkan mereka, pasti menanyakan kepada terdakwa, apakah selama dimintai keterangan mendapatkan kekerasan dari orang yang menginterogasi atau tidak,” ujarnya.
Teknik-teknik dengan kekerasan, menurut Dynno menyalahi HAM dan tidak manusiawi.
Sebenarnya, dalam kasus kekerasan yang dilakukan CIA terhadap teroris mendapat pengikisan dari Barack Obama (Presiden Amerika) supaya tidak dilakukan lagi. Ameriak sendiri, kata Dynno pernah mendapat kecaman dari Inggris maupun Australia supaya CIA menghentikan itu. Dan sejak itu pula, Amerika mengurangi tekanan-tekanan psikis kepada para tahanan teroris dengan tindakan kekerasan. dt/iks 

http://www.surya.co.id/2009/08/23/teroris-diinterogasi-dengan-bor-listrik.html