Advertisement

Responsive Advertisement

Tajima Hannah Simpson: Young, Stylish, energetic, and ... (Now) Muslims


.
Hana Tajima Simpson: Muda, Modis, Enerjik, dan ...(Kini) Muslim
Hana Tajima Simpson
 
Tajima Hannah Simpson: Young, Stylish, energetic, and ... (Now) Muslims

Friday, January 14, 2011, 07:48 GMT

Tajima Tajima Hannah Simpson Hannah Simpson Hana Hana and fashion design (right) and his companions
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Hana Tajima Simpson, who the British fashionistas who do not know him? Long wrestled with the world of fashion, he is now engaged Muslimah trendy clothing line but still syar'i, with labels Maysaa.
Design dresses often featured the country's fashion magazine. In fact, a classmate of Vogue magazine has ever displaying his creations.
Hana is a simple design characteristics, follow the trend, and of course, remain syar'i. The design is far from the impression that Muslim women should wear loose, matching the colors garish, and not tidy.
"Being Muslim in western countries can be a bit enakutkan. You know, fashion is also able to create something that will help Muslim women everywhere continue to be motivated to continue to wear the hijab but also" accepted "because of their clothes," he said.
Hana learn from experience. He became a convert to Islam five years ago. Since bersyahadat, he decided to Muslim dress. "All the clothes of the past, I inherited on my sister," he said.
He memadupadan own appearance. Until finally he realized, must do something to "dress up" Muslim. So he pioneered the fashion blogs, before finally making a fashion magazine and its own product line, Maysaa.
***
Scrape past Hana, not as easy as finding an article about his work. He did not really like indulgence in his personal story. Hana just gives a little glimpse: his father, Tajima, comes from Japan and her mother from England. They later settled in London.
He became a Muslim while attending college tread. Hana says he is fed up with the lives of young people in London who can not get out of the pub and promiscuity. He himself was deeply interested in philosophy.
One time, he admitted that he confused with his life. Not the bandwagon of his friends ran to the pub, he chose to immerse myself devouring the books of philosophy. Also gender issues.
"The more I read, the more I find myself agree with the ideas of Islam," he said. But then he still did not want to be a Muslim. "To arrive at a point where I can not say no to me about the truth of this religion, then I bersyahadat," he said.
***
Hannah began wearing a headscarf on the same day he bersyahadat. "On a personal level, it is a good way to distinguish what has happened before in my life, with what will happen in front of me," he said.
He went bersyahadat in between the younger brother who works as a photographer. Along the way, he became the object of her sister photography.
At the beginning of veiled, she felt "out of me." In fact, he had designed the clothing-fashion - Hana a designer since a young age - as comfortable as possible. "There were days when I get someone to give my critical gaze, but I know why this is one of the risk of constant affirmation of what I believe," he said.
Even in an environment close friends, all a bit awkward after he turned into a scarf. "When I became more comfortable with it all, people are more relaxed. In general, it takes about 5 minutes for someone to stop thinking 'why did she wear it on its head' and actually communicate with us fairly," he said.
Together with that, he made a blog StyleCovered, contains guidelines covered. He took a different currents based on experience: simple casual dress, almost like a "polite clothes" worn another woman everyday. In this fashion, other people will not be "surprised" or awkward.
Not surprisingly, his blog selling well and so referral is not only Muslim women in the UK but also many countries. He also issued a draft mulau diligent self-design.
He claimed many Indonesian Muslim inspired in fashion design. "I get so much inspiration from Indonesian girls who wear headscarves. The way they do not like the color matching elsewhere, and that's something I'm trying to put in my own style," he said.
Now, he became the new icons generation of British youth. Young, energetic, fashionable, and ... Muslims.
 
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/01/14/158542-hana-tajima-simpson-muda-modis-enerjik-dan-kini-muslim
 
===================

 
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Hana Tajima Simpson, siapa fashionista Inggris yang tak mengenalnya? Lama bergelut dengan dunia mode, ia kini menekuni lini busana Muslimah trendy namun tetap syar'i, dengan label Maysaa.

Busana-busana rancangannya kerap diulas majalah mode negeri itu. Bahkan, majalah sekelas Vogue pun pernah memajang kreasinya.

Ciri rancangan Hana adalah simpel, mengikuti tren, dan tentu saja, tetap syar'i. Rancangannya jauh dari kesan bahwa busana Muslimah itu harus kedodoran, padanan warnanya norak, dan tak rapi.

"Menjadi Muslimah di negara barat dapat sedikit enakutkan. Anda tahu, busana juga bisa menciptakan sesuatu yang akan membantu Muslimah di mana-mana terus termotivasi untuk tetap mengenakan hijab namun juga "diterima" karena pakaian mereka," ujarnya.

Hana belajar dari pengalamannya. Ia menjadi mualaf lima tahun lalu. Sejak bersyahadat, ia memutuskan untuk berbusana Muslimah. "Seluruh pakaian masa lalu, saya wariskan pada adik perempuan saya," ujarnya.

Ia memadupadan sendiri penampilannya. Hingga akhirnya ia sadar, harus berbuat sesuatu untuk "mendandani" Muslimah. Maka ia merintis blog fashion, sebelum akhirnya membuat majalah mode dan lini produk sendiri, Maysaa.

***

Mengorek masa lalu Hana, tak semudah menemukan artikel tentang karya-karyanya. Ia memang tak begitu suka mengumbar kisah pribadinya. Hana hanya memberi sedikit bocoran: ayahnya, Tajima, berasal dari Jepang dan ibunya dari Inggris. Mereka kemudian menetap di London.

Ia menjadi Muslim saat menginjak bangku kuliah. Hana menyatakan, ia muak dengan kehidupan anak muda London yang  tak bisa lepas dari pub dan pergaulan bebas. Dia sendiri mengaku sangat berminat pada filsafat.

Suatu ketika, ia mengaku bingung dengan kehidupannya. Bukan ikut-ikutan teman-temannya lari ke pub, ia memilih untuk menenggelamkan diri melahap buku-buku filsafat. Juga isu-isu gender.

"Semakin banyak saya membaca, semakin saya  menemukan diri saya setuju dengan ide-ide Islam," ujarnya. Namun saat itu ia masih tidak ingin menjadi Muslim. "Hingga tiba di  suatu titik di mana saya tidak bisa mengatakan tidak pada diri saya tentang kebenaran agama ini, maka saya bersyahadat," ujarnya.
***
Hana mulai mengenakan jilbab di hari yang sama ia bersyahadat. "Pada tingkat pribadi, itu adalah cara yang baik untuk membedakan apa yang telah terjadi sebelumnya dalam hidup saya, dengan apa yang akan terjadi di depan saya," ujarnya.

Ia pergi bersyahadat di antar sang adik yang berprofesi sebagai seorang fotografer. Sepanjang perjalanan, ia menjadi objek fotografi adiknya.

Pada awal berjilbab, ia merasa "keluar dari diri saya". Padahal, ia sudah merancang busana-busananya -- Hana menjadi perancang sejak usia belia -- senyaman mungkin.  "Ada hari-hari ketika saya mendapatkan seseorang memberi saya tatapan kritis, tapi saya tahu kenapa inilah salah satu risiko penegasan konstan dari apa yang saya percaya," ujarnya.

Bahkan di lingkungan teman dekatnya, semua agak berubah menjadi canggung setelah ia berjilbab. "Ketika aku menjadi lebih nyaman dengan itu semua, orang-orang lebih santai. Pada umumnya diperlukan waktu sekitar 5 menit bagi seseorang untuk berhenti berpikir 'mengapa ia memakai hal di atas kepalanya' dan benar-benar berkomunikasi dengan kita secara wajar," ujarnya.

Berbarengan dengan itu, ia membuat blog StyleCovered, berisi panduan berjilbab. Ia mengambil arus yang berbeda berdasar pengalamannya: busana casual yang simpel, hampir seperti "busana sopan" yang dikenakan wanita lain sehari-hari. Dengan gaya busana ini, orang lain tak akan "kaget" atau canggung.

Tak diduga, blognya laris manis dan jadi rujukan Muslimah tak hanya di Inggris tapi juga berbagai negara. Ia pun mulau rajin mengeluarkan rancangan-rancangannya sendiri.

Ia mengaku banyak terinspirasi Muslimah Indonesia dalam merancang busana. "Saya mendapatkan inspirasi begitu banyak dari gadis-gadis Indonesia yang memakai jilbab. Cara mereka memadankan warna tidak seperti tempat lain, dan itu sesuatu yang saya sedang mencoba untuk dimasukkan ke dalam gaya saya sendiri," ujarnya.

Kini, ia menjadi ikon baru generasi muda Inggris. Muda, energik, modis, dan...Muslim.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/01/14/158542-hana-tajima-simpson-muda-modis-enerjik-dan-kini-muslim