Advertisement

Responsive Advertisement

PERBUDAKAN OLEH PERBANKAN (RENTENIR ATAU LINTAH DARAT) INTERNASIONAL

PERBUDAKAN OLEH PERBANKAN (RENTENIR ATAU LINTAH DARAT) INTERNASIONAL


Penetrasi kredit perbankan (hutang dgn riba atau bunga) atas hutang individu ataupun negara oleh sistem perbankan, seperti sewa-menyewa uang, jual-beli saham dan ’kertas berharga’, jual-beli valas, dan sejenisnya, adalah inti kapitalisme. Kegiatan ekonomi finansial (ribawi) ini tdk bersentuhan dgn ekonomi riel yg terkait dgn kebutuhan hidup nyata manusia dan merusak manusia lahir dan batin. Inilah sistem riba yang ditanamkan dalam masyarakat muslim hari ini, demokrasi adalah pelayan perbankan.
Jadi ketika kita melihat komentar  srimulyani (saat itu menteri keuangan) yang menganggap enteng hutang indonesia saat ini, sungguh menyedihkan, siapakah orang ini sebenarnya? apakah dia tidak sadar bahwa rakyatlah yang menanggung hutang ini lewat pajak tak bertepi, harga naik karena inflasi, kualitas hidup berkurang ketika selembar kertas memang tidak berharga dijadikan sandaran ukuran, dimana nilainya dapat dimainkan oleh segelintir orang yang dikenal sebagai oligarki kapitalis. (baca juga tulisan di website ini berjudul Islam Hari Ini Dan Pengertian Riba)
Apa yang dipaparkan calon presiden Muhammad Jusuf kalla (saat ini adalah wapres RI 2009) pada acara kadin di TVONE dan Economic Challenge-METRO TV bahwa kita bangsa indonesia harus mandiri, mengurangi ketergantungan hutang dan tidak menjadikan hutang sebagai modal, Jusuf Kalla mengatakan pemimpin negeri ini harus membangun negeri ini tanpa hutang (riba) dan Jusuf Kalla mengatakan pasar riil suatu pilihan tepat untuk dijalankan dan di dorong kedepannya. Apa yang dikatakan Jusuf Kalla adalah sebuah pandangan kedepan yang perlu di mengerti kaum muda negeri ini.
Perlu diketahui bahwa ekonomi itu bukan ilmu melainkan rumus riba! para ekonom ribawi dan para pakar ekonomi pembela riba akan sangat sulit keluar dari paradigma sistem ribawi ini, jelas harus kita sadari bahwa dalam islam dan agama lainnya melarang praktek riba dalam kehidupan dan tentunya riba menghancurkan sendi perdagangan dan kehidupan manusia.
Dan jelas Jusuf  Kalla  mengatakan bahwa kita semua secara bertahap  perlu meninggalkan riba dengan terus mengurangi tingkat suku bunga menjadi kecil bahkan kalau bisa nihil, sehingga menumbuhkan iklim perdagangan dan usaha bagi seluruh lapisan masyarakat, artinya tinggalkan riba secara bertahap dalam skala nasional! langkah kongkrit jusuf kalla ini suatu langkah yang harus didukung dan dimengerti oleh masyarakat indonesia umumnya dan muslim khususnya. secepatnya kita harus meninggalkan sistem riba. lebih cepat lebih baik!
Kembali ke urusan hutang berbunga, obyektifitas dari sistem hutang-riba (perbankan lokal dan internasional) adalah mengontrol hutang individual ataupun negara, kepentingan lebih besar dari rentenir internasional semacam IMF ataupun World Bank adalah untuk mengontrol hutang yang dihasilkan dari konflik-konflik itu.
Jadi dengan kata lain adalah bahwa nilai sebenarnya dari hutang-hutang (berbunga) adalah untuk mengontrol (memperbudak) kita semuanya yaitu pemerintahan, masyarakat, bumi dan air dan apa yang terkandung di dalamnya, inilah esensi dari industri keuangan yang disebut bank (menciptakan kredit tanpa batas dan bunga) dan kita sudah kenal rentenir atau lintah darat internasional semacamI MF, World bank, IDB, ADB dan lembaga keuangan riba lainnya mereka sama saja, melakukan riba untuk memperbudak kita semua! tentunya dengan perpanjangan tangan melalui  bank sentral di seluruh negara dan bank lokal disetiap negeri ini. riba adalah suatu tindak kejahatan disebut dalam al-quran, Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba!
Jelas tujuan dari hutang personal dan nasional adalah untuk menjadikan kita semua menjadi budak-budak yang patuh dengan sistem riba yang di intergrasikan dalam demokrasi, seperti yang sudah dikatakan oleh Shaykh Abdalqadir as-Sufi bahwa demokrasi adalah pelayan perbankan.
Siapapun yang membicarakan keadilan dan kejujuran dalam sistem riba ini adalah omong kosong, karena riba tidak perlu kesantunan politik ataupun etika politik, sistem riba cuman perlu kita taat pada aturan riba mereka (rentenir atau lintah darat perbankan) yang dilegalkan lewat undang-undang negara, sikap kita sebagai muslim adalah harus memeranginya  (meninggalkan) orang-orang yang mendukung sistem riba ini jika mereka tidak mau berubah, jika tidak kitalah yang akan diperangi oleh Allah dan rasulNya (lihat al-quran). Bagaimana cara meninggalkannya silahkan baca juga pada website ini.
Sebagai bangsa indonesia harus sadar betul bahwa sistem riba ini tidak akan pernah menciptakan keadilan dan kejujuran karena riba  dapat fitrah manusia lahir dan batin, kita semua dalam kolam yang sama dalam kehidupan kita khususnya muslim, karena riba marusak dan menghancurkan sistem hukum dan kearifan lokal, pasar riil, sekolah-pesantren, sarana umum, sosial masyarakat, alam-kebudayaan dan lainnya,  sistem riba adalah sebuah cara hidup yang dikukuhkan dalam setting demokrasi dan kapitalisme, dimana segelintir orang (melalui korporasi dan perbankan) yang memperbudak seluruh manusia melalui selembar kertas yang tidak berharga. perbankan adalah predator yang tidak pandang bulu dan tanpa belas kasihan!
Kita harus secepatnya meninggalkan riba hari ini dengan mulai mengembalikan sistem mata uang yang stabil yaitu emas dan perak (islamic gold dinar and silver dirham), membangun kembali pasar-pasar riil, mandiri dalam produksi lokal, menjaga sumber alam kita agar tidak di eksploitasi oleh korporasi internasional yang dibelakangnya adalah lembaga keuangan riba, memilih pemimpin yang tidak berpihak kepada sistem riba (kita tidak butuh kesantunan politik yang meyesatkan dan puritan), mengurangi secara bertahap peran perbankan, mengembalikan zakat kepada ilmu dan amalnya, mengembalikan fungsi wakaf, mengaktifkan ulama, qadi dan fuqaha inilah islam hari ini.
masya alalah laquwatta ila billah, hasbuna llah wanimal wakil nimal maula wanimal nasir.
——————————————————————————————-
catatatan: Diantara manusia dan termasuk yang mengaku islam pun telah menggunakan hutang-hutang untuk menekan, merendahkan dan memberlakukan sesamanya dengan tidak adil dikarenakan adanya sifat serakah, bakhil dan takut miskin dalam dirinya, perilaku ini adalah jauh dari takwa. Orang semacam ini tidaklah pantas kita jadikan pimpinan ataupun teman. 
http://islamhariini.wordpress.com/2009/06/19/kita-semua-adalah-budak-perbankan-internasional-lebih-cepat-lebih-baik-kita-tinggalkan-sistem-riba-ini-kita-memang-harus-mandiri-terutama-urusan-keuangan-hari-ini/