Sabtu, 26 November 2005
Miliki Kebun Sawit 5 Ha di Kebun Kecil Kelapa Sawit(pola K3S)
Pensiun dengan Rp 5 Juta/Bulan
Pontianak,- MASYARAKAT Kalimantan Barat kini boleh gembira dengan terciptanya konsep kebun kecil kelapa sawit pola K3S yang diciptakan oleh putra terbaik Kalbar.
Pola K3S bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa maupun kota, menyediakan lapangan kerja yang sangat banyak, mengatasi pengangguran yang kini semakin meningkat karena PHK massal perusahaan-perusahaan perkayuan, meningkatkan pendapatan devisa dari ekspor CPO, meningkatkan pendapatan daerah, membatasi penguasaan lahan hingga ratusan ribu hektare untuk segelintir orang hanya karena namanya perusahaan.
Kalaupun kebagian paling hanya 2 ha dan itu pun harus membayar hutang bank belasan tahun. Jadi sebenarnya 2 ha tak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Dengan pola K3S, setiap warga akan memiliki 5 ha lahan sawit dengan cara yang mudah dan murah. Hal ini dikatakan oleh Edy Marwan Neil pencetus konsep pembangunan kebun kecil kelapa sawit pola K3S, yang sekarang mengetuai Lembaga Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Indonesia ( LPKMI ) yang pusatnya di Pontianak.
Konsep yang didasari oleh banyaknya lahan terlantar di desa-desa, tenaga kerja juga banyak, dan di lain pihak ternyata cukup banyak atau bahkan sangat banyak orang yang memiliki uang di bawah Rp 100 juta,(antara Rp 20 juta-Rp 100 juta yang kami istilahkan orang kota)kami menggabungkan semua komponen tersebut dalam konsep gotong royong untuk membangun kebun. "Gotong royongkan memang budaya kita sejak leluhur dahulu".
"Orang desa menggarap lahan secara bergotong royong 10 ha, orang kota bergotong royong membiayainya (biaya menggarap, membeli bibit, menanam) sehingga apabila sudah tertanam 10 ha akan dibagi 2. Yang 5 ha milik orang desa dan 5 ha milik orang kota yang kami namakan investor kecil.
Investor akan bergairah untuk menanam lebih banyak lagi, keuntungan pola ini yaitu warga akan dapat lahan masing-masing 5 ha dengan cara mudah dan murah tidak berutang dengan bank. Keuntungan investor kecil? Modal kecil saja tetapi untungnya besar, resikonya tidak ada. Toh kalau kebun dijual tak laku investor yang akan memanennya, pembeli kebun juga sangat beruntung karena akan memanen 4 tahun kemudian dengan pendapatan bisa kurang lebih Rp 5 juta/bulan.
Anda bisa bayangkan Rp 35 juta bila didepositokan saat ini paling hanya dapat Rp 350 ribu/bulan, tetapi kalau dibelikan kebun sawit 5 ha, Anda akan mendapatkan kurang lebih Rp 5 juta/bulan.
Caranya bagaimana? "Jadilah investor kecil dengan modal kecil juga, minimal Rp 20 juta saja. Dengan cara gotong royong bisa kita bangun untuk satu kavling, Anda boleh saja membangun 2 atau 5 kavling sekaligus. Kami mengajak masyarakat Kalbar, mari bersama-sama kami menanam sawit, dan kita jual dengan keuntungan berbagi dengan lembaga atau jadilah juragan sawit dengan cukup mengeluarkan uang Rp 35 juta K3S". Untuk lebih lanjut dapat menghubungi kami Lembaga Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Indonesia (LPKMI) Telp ( 0561 ) 748659 atau HP 0852. 455 66668 dengan Edy Marwan Neil/Erdy atau Anto.(biz)
< MASYARAKAT Kalimantan Barat kini boleh gembira dengan terciptanya konsep kebun kecil kelapa sawit pola K3S yang diciptakan oleh putra terbaik Kalbar.
Pola K3S bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa maupun kota, menyediakan lapangan kerja yang sangat banyak, mengatasi pengangguran yang kini semakin meningkat karena PHK massal perusahaan-perusahaan perkayuan, meningkatkan pendapatan devisa dari ekspor CPO, meningkatkan pendapatan daerah, membatasi penguasaan lahan hingga ratusan ribu hektare untuk segelintir orang hanya karena namanya perusahaan.
Kalaupun kebagian paling hanya 2 ha dan itu pun harus membayar hutang bank belasan tahun. Jadi sebenarnya 2 ha tak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Dengan pola K3S, setiap warga akan memiliki 5 ha lahan sawit dengan cara yang mudah dan murah. Hal ini dikatakan oleh Edy Marwan Neil pencetus konsep pembangunan kebun kecil kelapa sawit pola K3S, yang sekarang mengetuai Lembaga Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Indonesia ( LPKMI ) yang pusatnya di Pontianak.
Konsep yang didasari oleh banyaknya lahan terlantar di desa-desa, tenaga kerja juga banyak, dan di lain pihak ternyata cukup banyak atau bahkan sangat banyak orang yang memiliki uang di bawah Rp 100 juta,(antara Rp 20 juta-Rp 100 juta yang kami istilahkan orang kota)kami menggabungkan semua komponen tersebut dalam konsep gotong royong untuk membangun kebun. "Gotong royongkan memang budaya kita sejak leluhur dahulu".
"Orang desa menggarap lahan secara bergotong royong 10 ha, orang kota bergotong royong membiayainya (biaya menggarap, membeli bibit, menanam) sehingga apabila sudah tertanam 10 ha akan dibagi 2. Yang 5 ha milik orang desa dan 5 ha milik orang kota yang kami namakan investor kecil.
Investor akan bergairah untuk menanam lebih banyak lagi, keuntungan pola ini yaitu warga akan dapat lahan masing-masing 5 ha dengan cara mudah dan murah tidak berutang dengan bank. Keuntungan investor kecil? Modal kecil saja tetapi untungnya besar, resikonya tidak ada. Toh kalau kebun dijual tak laku investor yang akan memanennya, pembeli kebun juga sangat beruntung karena akan memanen 4 tahun kemudian dengan pendapatan bisa kurang lebih Rp 5 juta/bulan.
Anda bisa bayangkan Rp 35 juta bila didepositokan saat ini paling hanya dapat Rp 350 ribu/bulan, tetapi kalau dibelikan kebun sawit 5 ha, Anda akan mendapatkan kurang lebih Rp 5 juta/bulan.
Caranya bagaimana? "Jadilah investor kecil dengan modal kecil juga, minimal Rp 20 juta saja. Dengan cara gotong royong bisa kita bangun untuk satu kavling, Anda boleh saja membangun 2 atau 5 kavling sekaligus. Kami mengajak masyarakat Kalbar, mari bersama-sama kami menanam sawit, dan kita jual dengan keuntungan berbagi dengan lembaga atau jadilah juragan sawit dengan cukup mengeluarkan uang Rp 35 juta K3S". Untuk lebih lanjut dapat menghubungi kami Lembaga Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Indonesia (LPKMI) Telp ( 0561 ) 748659 atau HP 0813 2753 2168 dengan Edy Marwan Neil/Erdy atau Anto.(biz)
http://74.125.153.132/search?q=cache:TVGw_QO7-jQJ:arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp%3FBerita%3DEkonomi%26id%3D104340+edy+marwan+neil+juragan+sawit&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a