Al-Qaeda Akan Balas Kematian Muslim China, Organisasi Muslim Uighur Cemas
Thursday, 16 July 2009 01:23
Beijing | Harian Aceh - Organisasi Muslim Uighur di pengasingan, Uighur American Association (UAA) dan World Uighur Clqaidahongress (WUC), menentang semua bentuk kekerasan. Mereka juga mengecam Al Qaeda yang mengancam akan menyerang pekerja dan kepentingan China yang ada di Aljazair dan negeri Islam lainnya.
Menurut Telegraph, sebagai balasan kematian Muslim Uighur di Xinjiang, sebanyak 50 ribu pekerja China di Aljazair dan wilayah-wilayah Afrika Utara akan menjadi target serangan Alqaidah in the Islamic Mahgreb (AQIM). Pekerja China di Arab Saudi dan Timur Tengah juga akan menjadi sasaran serangan.
''Kami sangat terganggu dengan laporan bahwa sayap Al Qaeda di Afrika Utara mengancam untuk menyerang para pekerja China di Afrika, sebagai balasan dendam kematian Uighur di Xinjiang,'' demikian pernyataan UAA dan WUC melalui surat elektronik seperti dikutip Reuters, Rabu (15/7).
Sebab, jelas mereka, dua organisasi di pengasingan itu selama ini hanya memberikan advokasi bagi Uighur. Terutama terkait dengan masalah-masalah HAM dan penentuan nasib sendiri bagi Muslim Uighur. Dengan demikian, tak ada dorongan untuk melakukan kekerasan.
Justin Crump, Kepala Analis Terorisme pada Stirling Assynt, sebuah lembaga analisa risiko, menyatakan muncul ancaman dari AQIM. Dalam laporannya, ia menyatakan ada peningkatan jumlah peserta obrolan di internet diantara kelompok Jihad, ingin melihat aksi balasan atas ketidakadilan di Xinjiang.
''Sejumlah individu secara aktif mencari informasi mengenai kepentingan-kepentingan China di dunia Muslim, yang dapat mereka jadikan sebagai target serangan,'' kata Crump. Namun ia menyatakan pemimpin senior kelompok ini tak akan menyerukan jihad menyeluruh terhadap China.
Crump menambahkan bahwa tak ada hubungan signifikan antara kelompok Uighur di Xinjiang dengan kelompok jaringan yang dipimpin Osamah bin Laden ini.
Menyusul ancaman Al Qaeda, pemerintah China mengingatkan warganya di Aljazair mengenai kemungkinan serangan itu. Situs kedubes Cina di Aljazair, meminta warga dan organisasi China lebih waspada akan keselamatan mereka dan memperkuat langkah-langkah pengamanan.
Di sisi lain, China juga mengeluarkan siaga keamanan tinggi bagi warganya di Aljazair. "Kedutaan besar China di Aljazair terutama mendesak organisasi-organisasi yang dibiayai China dan personil untuk meningkatkan kewaspadaan keamanan mereka dan memperkuat tindakan-tindakan keamanan," kata Kedubes itu dalam satu pernyataan di laman situsnya, Selasa (14/7).
Tindakan-tindakan seperti itu harus dilakukan "sehubungan dengan situasi setelah insiden di Urumqi 5 Juli," kata pernyataan itu tanpa merinci lebih jauh.
Para warga China harus segera melapor ke personil Kedubes setiap ada "masalah yang mendesak" yang mungkin timbul di Aljazair, katanya.
Ratusan ribu warga China bekerja di di Timur Tengah dan Afrika Utara termasuk 50.000 orang di Aljazair, kata laporan itu.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan-kepentinganya di luar negeri setelah berita itu.
"Kami akan mengawasi perkembangan-perkembangan dan melakukan usaha-usaha bersama dengan negara-negara yang terkait untuk menjamin keselamatan institusi-institusi dan warga China di luar negeri," kata juru bicara Kemlu Qin Gang kepada wartawan.
Rebiya Kadeer, pemimpin Kongres Uighur Dunia—yang bermarkas di Washington—mengatakan bahwa ia menentang penggunaan kekerasan dalam kampanyenya untuk menghasilkan hak-hak yang lebih besar bagi kelompok etnik di Provinsi Xinjiang di bagian barat laut China itu.
"Teroris global seharusnya tidak mengambil keuntungan dari aspirasi sah masyarakat Uighur dan tragedi sekarang ini di Turkmenistan Timur untuk melakukan aksi terorisme yang ditujukan kepada misi-misi diplomatik dan warga sipil China," katanya dilansir AFP.
China sendiri sebelumnya menuduh Rebiya dan sejumlah anggota parlemen AS telah mendalangi kekerasan belum lama ini di Xinjiang. China bahkan mengatakan, Rebiya didukung oleh "teroris". Rebiya membantah tuduhan itu. Wanita berusia 62 tahun dan ibu 11 anak ini pernah dipenjara enam tahun di China.
Pemerintah China mengatakan bahwa kerusuhan di kota Urumqi di Xinjiang pada 5 Juli telah menyebabkan 184 orang tewas—sebagian besar dari mereka orang Han, kelompok etnik yang dominan di China—dan lebih dari 1.600 orang terluka. Para pemimpin Uighur menuduh pasukan China yang memulai tembakan terhadap protes damai dan mengatakan bahwa sejumlah orang Uighur telah dibunuh dalam beberapa serangan massa berikutnya.(ant/afp/mhy)
http://www.harian-aceh.com/donya/3192-al-qaeda-akan-balas-kematian-muslim-china-organisasi-muslim-uighur-cemas-.html