Advertisement

Responsive Advertisement

Darah Kaum Muslim: Perang Melawan Penjajah Asing Atau Melayani Kepentingan Asing?

Darah Kaum Muslim: Perang Melawan Penjajah Asing Atau Melayani Kepentingan Asing?

Dunia Islam dan dunia Arab histeris karena peperangan yang sangat sengit, yang dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Peperangan itu telah menyebabkan puluhan ribu nyawa melayang, dan jutaan lainnya mengungsi. Sehingga, orang yang dengan cermat mengikuti pemberitaan di media massa, tidak tahu dari mana ia harus mulai (dalam mencermatinya?), dan di mana semua itu akan berakhir, sehingga orang yang sabar dibuatnya menjadi kebingungan. Mengapa, karena dia melihat tentara Pakistan membumihanguskan warganya sendiri di lembah Swat, yang mengakibatkan ribuan warga sipil tewas, dan tiga juta orang mengungsi meninggalkan daerah yang subur dan indah. Alasan pemerintah Pakistan melakukan semua itu adalah untuk menundukkan dan mengeliminir gerakan Taliban Pakistan, serta pengusiran para milisi asing.
Sedang di negeri tetangganya, Afghanistan para tentara NATO berperang—yang di belakangnya adalah pemerintahan Karzai, di samping Amerika—melawan penduduk Afghanista yang tergabung dalam gerakan Taliban Afghanistan. Sedang alasan mereka melakukan semua itu adalah karena gerakan tersebut tidak ikut berpartisipasi dalam pemerintahan, dan juga alasan untuk mengusir para milisi asing.
Selanjutnya, lihat Somalia yang sedang ditimpa musibah. Syeikh Syarif Ahmad yang kemarin adalah mitra partai Islam dan pemuda mujahidin dalam memerangi pemerintah yang loyal kepada Amerika dan pasukan Ethiopia, sekarang berbalik memerangi keduanya, dengan klaim bahwa pasukannya adalah orang-orang asing, sehingga itu dilakukan dengan alasan mengusir para milisi asing.
Adapun tentara Arab, seperti tentara Mesir, Suriah, dan Saudi Arabia sungguh mereka telah berperang di pihak Amerika dalam Perang Teluk, dengan alasan membebaskan Kuwait dari orang-orang Irak (orang-orang asing). Perlu diketahui bahwa pemerintah Irak sendiri dengan berbagai komponen politiknya telah memerangi kelompok perlawanan di Irak dengan alasan memerangi para milisi asing.
Di Palestina juga demikian, di mana aparat keamanan Palestina yang kemarin menjadi mitra bagi kelompok perlawanan dan pemerintah, sekarang justru sebaliknya. Itu semua dilakukan dengan dalih bahwa pasukan mereka adalah orang-orang asing (orang-orang Iran).
Demikian halnya dengan Iran yang telah membantu Amerika di Irak dan Afghanistan, dengan alasan keberadaan teroris asing. Beberapa hari yang lalu, para penguasa Iran, Afghanistan, dan Pakistan bertemu, dan hasilnya mereka sepakat untuk memerangi terorisme, dan menjaga keamanan perbatasan, agar para teroris tidak mudah keluar-masuk.
Siapapun yang mencermati peperangan dan politik ini akan menemukan bahwa Amerika telah menggunakan negeri-negeri itu dan para tentaranya untuk memasuki sebuah medan peperangan dengan menjadi agen Amerika di semua wilayah tersebut. Tentara Pakistan sedang memasuki peperangan menggantikan Amerika di wilayah kesukuan (FATA) yang telah dikuasai kelompok perlawanan Afghanistan, sehingga hal itu menimbulkan kekhawatiran terhadap keberadaan Amerika di Afghanistan, serta mengancam terhadap pasokan logistik dan yang lainnya.
Adapaun pemerintahan Karzai dan gerakan-gerakan yang bersekutu dengannya, maka semuanya memasuki peperangan dan berdampingan dengan pasukan Amerika di Afghanistan untuk mempertahankan keberadaan Amerika di wilayah tersebut, serta untuk menjaga semua aset dan kepentingan Amerika.
Sementara di Irak, maka bukan rahasia lagi bahwa para penguasa Arab bersekutu dengan Amerika. Mereka telah menyerahkan tanah, langit, dan semua potensi yang mereka miliki kepada Amerika. Mereka memasuki peperangan untuk melawan tentara Irak, membuka jalan untuk menduduki Irak, merampas kekayaannya, membunuh dan mengusir jutaan rakyat Irak. Begitu juga halnya dengan pemerintah Irak yang dibentuk oleh Amerika yang berdasarkan aliran, termasuk pembentukan Ashahwat telah memerangi semua gerakan perlawanan di Irak menggantikan Amerika.
Sedangkan pemerintah Syeikh Syarif Ahmad, maka gerakan-gerakan yang memerangi dan yang diperanginya, sebelumnya merupakan sekutunya sendiri dalam memerangi kekuasaan dan pengaruh Amerika di Somalia, serta sekutunya dalam memerangi para agen Amerika, baik pemerintah atau tentara Etiopia. Namun semua itu terjadi sebelum ia bergandengan dengan Amerika di Djibouti, dan hasil dari berbagai pertemuan yang ia lakukan dengan mereka, sekarang ia memasuki peperangan sebagai agen untuk melawan sekutunya sendiri, yang kemarin bersama-sama berjuang mengalahkan pengaruh Amerika yang sedang mendominasi di Somalia.
Adapun di Palestina, maka Jenderal Amerika, Dayton mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyingkirkan semua kekuatan pemberontak dari aparat keamanan, dan kemudian melatih generasi baru yang rela untuk mengawasi dan menangkapi “saudara-saudara menreka sendiri, meski harus menggunakan kekuatan senjata”, atau bahkan menjadi mitra pemerintah dalam rangka untuk menjaga keamanan orang-orang Yahudi, serta melestarian kepentingan, pengaruh, dan dominasi Amerika di Palestina.
Jika kita pelajari dengan seksama, bahwa para tentara “orang-orang asing” di Afghanistan, maka mereka semua disebut dengan Mujahidin pada waktu berperang dengan bangsa Rusia, baik di mata para penguasa Arab, kaum Muslim, maupun Amerika, sedang sebagian yang lain disebut dengan tentara perlawanan, pejuang, pendukung, sekutu pemerintah, dan lain-lainnya.
Sementara sekarang begitu jelasnya bahwa kaum Muslim (berperang?) satu sama lain dalam peperangan sebagai agen Amerika dan yang lainnya di semua daerah. Mengapa, umat tidak juga menyadari akan kewajibannya, potensi kekuatannya, dan kemampuannya untuk mengubah kondisi dan keadaan yang memilukannya. Yaitu mengubah para penguasa yang menjadi sumber bencana, dan memerangi rakyatnya sendiri, dengan para penguasa yang siap memerangi para musuhnya yang telah menduduki negeri-negeri kaum Muslim di Palestina, Irak, Afghanistan, dan neger-negeri Arab dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya.
Mengapa umat Islam belum juga mengambil kendali kekuasaannya, menyatukan dirinya, dan mendirikan negaranya yang akan menerapkan Islam secara sempurna; mengemban risalah, cahaya, dan petunujuk bagi semua umat manusia, sehingga umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya, dari kezaliman dan kejahatan Amerika dan negara-negara Demokrasi Kapitalis menuju keadilan Islam; dan mengembalikan kedudukan kaum Muslim pada kedudukan yang seharusnya di antara umat-umat yang lain, dan bahkan menjadikan negaranya sebagai negara nomor satu di dunia, yaitu negara yang akan menjadi impian semua generasi bangsa, dan negara yang akan memberikan keadilan kepada semua umat manusia, di manapun ia berada.
(Ahmad al-Khatib ; Anggota Maktab I’lami Hizbut Tahrir di Palestina)
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/06/11/darah-kaum-muslim-perang-dengan-agen-atau-penjajah-asing/